Dulu Samar, Kini Jelas
Hai..
Kali ini aku sedang mengerjakan orderan freelance desain dari sebuah komunitas sosial. Sembari mendengarkan lagu Sal Priadi yang berjudul "Bulan Yang Baik" Akhir-akhir ini aku senang mendengarkan lagunya. Ada satu hal yang ingin kuceritakan disini. Saat kecil, aku samar-samar mengingat bahwa aku pernah diajak kedua orang tuaku untuk foto keluarga. Aku masih kecil, ingatanku hanya sebatas di ruang foto studio yang gelap dan samar, hanya ada cahaya sorot menghadap keluargaku. Meski aku samar mengingatnya, aku yakin itu bukan mimpi. Melainkan memori masa kecil yang masih ada di otak terbatasku ini. Aku heran kenapa aku bisa menjadi orang yang pelupa bahkan untuk sesuatu yang beberapa hari lalu saja. Tapi bukan itu intinya. Yang ingin kusampaikan adalah bahwa pada momen-momen berkesan dalam hidupku, aku masih bisa mengingatnya meski itu samar. Aku selalu ingin memperjelas ingatan itu, apakah itu mimpi ? atau hanya hayalanku saja. Aku tidak tau, dan tidak mencari tau. Karena aku malu. Ya apalagi!
Berangkat dari ingatan yang samar itu, aku bertekad ingin memiliki foto keluarga ketika aku dewasa. Aku menyadari, kita memang punya keluarga tapi belum tentu ada foto keluarga. Meski aku memiliki adik yang narsis, tapi aku sadar bahwa kita tidak memiliki foto keluarga meskipun itu iseng belaka. Faham kan maksudku, meski tidak yasudah. Tahun 2022 kemarin aku berhasil memperjelas ingatan itu, mewujudkannya menjadi sesuatu yang nyata. Iya akhirnya aku memiliki foto keluargaku sendiri. Kali ini bukan mimpi dan bukan khayalanku saja. Momen itu terjadi ketika wisuda adikku yang kedua, kebetulan aku belum punya foto wisuda sendiri, meski sudah 3 tahun berlalu hahaha. Foto wisuda dengan kedua orang tuaku maksudnya. Saat itu hanya dengan Ibu dan Adikku yang kedua saja. Saat aku wisuda aku sedang memilikki masalah dengan Ayahku dan menjadi kenangan buruk beberapa tahun kedepannya. Aku menyesal karena tidak berhasil membawa Ayahku maju ke panggung wisuda. Menunjukkan bahwa aku adalah anaknya yang membanggakan. 4 tahun belajar ujungnya impian itu tidak terwujud. Aku hanya membawa Ibuku maju kedepan. Tapi tak apa kami sudah membaik. Hanya saja aku ingin memperbaiki itu. Di momen adikku wisuda aku putuskan untuk membuat foto keluarga dan foto wisuda. Kebetulan adik bungsuku mendapat kesempatan libur dari pondok sekaligus merayakan ia yang berhasil adaptasi di pondok sebulan, yang di Jakarta tinggal dipesankan tiket pulang dia sudah bisa hadir sekaligus merayakan ia yang sudah selesai hafalan 30 juz. Aku meminta adikku untuk membeli baju untuk sekeluarga. Iya itu juga impianku. Meski dengan waktu yang terbatas, aku puas.
Semoga foto keluarga ini menjadi pengingat adikku. Memberikan mereka memori yang indah. Memberikan mereka kasih sayang yang nyata. Meski ini memang atas kemauanku, aku yakin adikku juga akan memiliki kenangan. Meski kami berada berjauhan, foto ini akan jadi pengingat bahwa rumah terbaik adalah keluarga. Ada keluarga yang support. Ada kakak yang siap menjadi pelindung adik-adikya. Dan ada adik yang siap menjadi sandaran kakaknya saat lelah. Ada orang tua yang senantiasa mendoakan di setiap sholatnya. Kami tidak sempurna tapi saling melengkapi dan memiliki satu sama lain.
Kali ini aku sedang mengerjakan orderan freelance desain dari sebuah komunitas sosial. Sembari mendengarkan lagu Sal Priadi yang berjudul "Bulan Yang Baik" Akhir-akhir ini aku senang mendengarkan lagunya. Ada satu hal yang ingin kuceritakan disini. Saat kecil, aku samar-samar mengingat bahwa aku pernah diajak kedua orang tuaku untuk foto keluarga. Aku masih kecil, ingatanku hanya sebatas di ruang foto studio yang gelap dan samar, hanya ada cahaya sorot menghadap keluargaku. Meski aku samar mengingatnya, aku yakin itu bukan mimpi. Melainkan memori masa kecil yang masih ada di otak terbatasku ini. Aku heran kenapa aku bisa menjadi orang yang pelupa bahkan untuk sesuatu yang beberapa hari lalu saja. Tapi bukan itu intinya. Yang ingin kusampaikan adalah bahwa pada momen-momen berkesan dalam hidupku, aku masih bisa mengingatnya meski itu samar. Aku selalu ingin memperjelas ingatan itu, apakah itu mimpi ? atau hanya hayalanku saja. Aku tidak tau, dan tidak mencari tau. Karena aku malu. Ya apalagi!
Berangkat dari ingatan yang samar itu, aku bertekad ingin memiliki foto keluarga ketika aku dewasa. Aku menyadari, kita memang punya keluarga tapi belum tentu ada foto keluarga. Meski aku memiliki adik yang narsis, tapi aku sadar bahwa kita tidak memiliki foto keluarga meskipun itu iseng belaka. Faham kan maksudku, meski tidak yasudah. Tahun 2022 kemarin aku berhasil memperjelas ingatan itu, mewujudkannya menjadi sesuatu yang nyata. Iya akhirnya aku memiliki foto keluargaku sendiri. Kali ini bukan mimpi dan bukan khayalanku saja. Momen itu terjadi ketika wisuda adikku yang kedua, kebetulan aku belum punya foto wisuda sendiri, meski sudah 3 tahun berlalu hahaha. Foto wisuda dengan kedua orang tuaku maksudnya. Saat itu hanya dengan Ibu dan Adikku yang kedua saja. Saat aku wisuda aku sedang memilikki masalah dengan Ayahku dan menjadi kenangan buruk beberapa tahun kedepannya. Aku menyesal karena tidak berhasil membawa Ayahku maju ke panggung wisuda. Menunjukkan bahwa aku adalah anaknya yang membanggakan. 4 tahun belajar ujungnya impian itu tidak terwujud. Aku hanya membawa Ibuku maju kedepan. Tapi tak apa kami sudah membaik. Hanya saja aku ingin memperbaiki itu. Di momen adikku wisuda aku putuskan untuk membuat foto keluarga dan foto wisuda. Kebetulan adik bungsuku mendapat kesempatan libur dari pondok sekaligus merayakan ia yang berhasil adaptasi di pondok sebulan, yang di Jakarta tinggal dipesankan tiket pulang dia sudah bisa hadir sekaligus merayakan ia yang sudah selesai hafalan 30 juz. Aku meminta adikku untuk membeli baju untuk sekeluarga. Iya itu juga impianku. Meski dengan waktu yang terbatas, aku puas.
Semoga foto keluarga ini menjadi pengingat adikku. Memberikan mereka memori yang indah. Memberikan mereka kasih sayang yang nyata. Meski ini memang atas kemauanku, aku yakin adikku juga akan memiliki kenangan. Meski kami berada berjauhan, foto ini akan jadi pengingat bahwa rumah terbaik adalah keluarga. Ada keluarga yang support. Ada kakak yang siap menjadi pelindung adik-adikya. Dan ada adik yang siap menjadi sandaran kakaknya saat lelah. Ada orang tua yang senantiasa mendoakan di setiap sholatnya. Kami tidak sempurna tapi saling melengkapi dan memiliki satu sama lain.