Sekarang Adalah Yang Terbaik
Ini adalah hari ke-21 Ramadhan, senang sekaligus sedih. Takut kalau dosa-dosaku belum diampuni sedang bulan berkah ini segera berakhir. Tapi bukan itu yang ingin aku ceritakan. Melainkan sudut pandang baru dan syukur yang terlupa.
Saat aku menulis ini seorang temanku sedang menjadi relawan di Palestina, iya itu adalah mimpinya yang pernah disampaikan padaku. Sering kulihat dia aktif menjadi relawan baik di dalam negeri sampai ke luar negeri. Saat melihatnya aku ingin menjadi sepertinya menjadi relawan, menolong banyak orang. Tetapi ketika terlintas pikiran itu aku segera beristighfar, karena sadar aku sedang membandingkan diriku dengannya.
Aku takut dengan berfikir seperti itu aku menjadi kurang bersyukur dan menelaah lagi ke dalam diriku. Apa yang sebenarnya dicari?
Menjadi relawan tidaklah mudah, banyak hal yang harus dikorbankan. Menjadi relawan adalah kegiatan sosial yang seakan terlihat keren padahal tidak banyak yang bertahan di dalamnya. Ketika sudah memasuki dunia sosial kita harus siap bahwa tenaga, waktu, dan pikiran akan tersita untuk fokus dalam dunia sosial. Setidaknya itulah yang aku rasakan di Asrama. Memasuki dunia sosial artinya kita belajar agar bisa bermanfaat untuk banyak orang. Maka pertanyaan mendasar adalah seberapa siap kita untuk menjadi bermanfaat?
Karena dalam membantu sesama tidak ada istilah setengah-setengah. Dari waktu, tenaga, pikiran, harta semua akan kita berikan. Maka dari itu, berat rasanya apabila ditelisik lebih dalam lagi. Banyak yang harus dikorbankan. Sehat selalu para relawan. Meski tidak seperti mereka setidaknya aku memang sudah memasuki dunia sosial dan merasakan langsung rasanya menjadi pekerja sekaligus relawan.
Aku senang dan lega ketika menyadari bahwa apa yang sedang aku alami hari ini adalah sesuatu yang terbaik ditakdirkan Allah untukku. Dasar manusia memang, sukanya membandingkan diri dengan orang lain. Ya khususnya aku sih. Hmm apabila aku di fase seperti ini, solusi terbaik yang bisa kulakukan adalah istighfar dan segera menelaah diriku. Agar tidak terlarut dalam perasaan sia-sia yang menyebabkan aku kurang bersyukur. Adakah dari kalian yang menghadapi hal serupa? Bagaimana cara kalian mengatasinya?
Hehe just for share. Gaperlu terlalu serius, ini hanya dunia.
#lateforshare