Cinta dalam Kecamuk
Jika bicara tentang anak-anak aku selalu semangat. mencoba membantu mereka semampu yang aku bisa. Bukan berarti aku manusia yang baik. Tapi hanya mengusahakan yang terbaik. Namun manusia hanya manusia dengan segala bentuk keluh kesahnya. Pun aku. Aku ceritakan salah satu tentang kisahku yang membuatku malu hidup setelahnya.
Kala itu, di asrama beberapa anak sakit bebarengan. Cacar air mulanya. Cindy yang awalnya sakit. Badannya panas disertai bentol-bentol berair. Sungguh aku tidak tega melihatnya. Aku merawatnya dengan penuh perhatian. Semampu yang aku bisa. Seminggu setelahnya Cindy membaik meski belum pulih, Candy sakit cacar air juga. Ketularan Cindy. Yap. Dan faktanya Candy ternyata jauh lebih rewel ketika sakit. Aku hampir menyerah dengan manja dan rengekannya. Jujur, bagiku ini tidak mudah. Di saat yang sama Vivi sakit tenggorokan/radang dan Suci sakit gigi. Ya, pusinglah aku karena digeruduk bocah-bocah sakit. Jujur, aga kewalahan karena Candy dan Vivi yang rewel banget ketika sakit. Aku memaklumi sakitnya. Aku biarkan mereka mengeluh dan meski akupun juga rasanya tidak sanggup merawat mereka semua yang sedang sakit. Belum lagi deadline tugas yang belum selesai. aaaaa rasanya mantap sekali..
Jujur saat itu rasanya ingin mengeluh, karena badannku juga rasanya mau sakit tapi aku tahan agar aku tetap sehat dan harus sehat. Tetapi meski aku merasa begitu aku tetap merawat adik-adik dengan perhatian yang utuh. Meski dalam hati aku sebenarnya berkecamuk.
Kemudian suatu pagi setelah menyiapkan Cindy dan Candy sarapan, aku berniat sholat dhuha. Ketika aku akan takbir aku mendengar Cindy nyeletuk "Kak, nanti kita doakan momi ya, semoga kerjanya lancar". Deg. Seketika rasa malu mengerubungi tubuhku. Bagaimana bisa kata-kata itu keluar dari mulut mungil itu. Aku malu. Sangat malu. Tak tertahan air mataku jatuh. "Rabbi, ampuni aku yang sudah suudzon kepada-Mu" Betapa malunya aku, mereka dsengan setulus hati mendoakan, aku malah berkeluh kesah. Aku mengingat masa itu menangis dalam sholat menahan rasa malu pada Cindy dan Candy. Tulusnya doa mereka adalah nikmat yang tak tergantikan.
Ya, jujur saat itu aku malu. Lantas aku sadar bahwa memang Allah telah memberi porsi pada hambanya selalu pas. Aku bertekad untuk lebih menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangiku dengan caranya.
Kejadian itu pula yang selalu aku jadikan pengingat ketika sedang merasa lelah atau sedih terhadap mereka. Meski aku bukan orang baik. Semoga kelak kalian menjadi generasi yang terbaik dan bahagia selalu.
Sayang Cindy dan Candy.