Aku Egois dan Menangis

Hai. Lagi lagi ini berat. Ketika salah seorang tim mengajukan resign. Hal terbaik yang bisa kulakukan adalah mendukung keputusannya. 

Kuakui yang kutakutkan adalah bagaimana selanjutnya. Siapa yang akan melanjutkan ini semua. 
Aku selalu mencoba memberikan yang terbaik pada setiap hal yang kulakukan. Meski apa yang kudapatkan tidak selalu hal yang sama. 

Ingat ? Ketika aku memutuskan untuk tetap berada di LKSA. Aku tau itu pilihanku, dan semua resikonya aku terima. Tapi Ijinkan aku berbagi 1 cerita. Dan mungkin cerita lainnya yang akba menyusul di kemudian hari. 

Hal yang tidak kusukai adalah perihal libur di LKSA. Iya. Aku menyadari bahwa lksa adalah lembaga sosial yang dimana didalamnya terdapat anak anak yang mesti kami jaga. Tapi taukah ? Bahwa memang berat disini. Sudah lama ketika pembicaraan tentang liburan tak pernah mendapatkan solusi yang menyenangkan. 

Terakhir, ada piket. Aku menyetujui. Kupikir ini solusi yang terbaik. Nyatanya tetap sulit. Mendapat libur yang sesuai porsi. Memang sulit. Bagiku. Aku menjadi orang yang paling egois. Tapi mau bagaimana? Aku dilema. Meminta hak libur seakan hal yang paling jahat. Sekarang harus Umi yang menjalankan piket tiap pekan. Bukan tentang beliaunya yang menginap. Tetapi solusi yang diberikan tidak menyenangkan seakan memberi kesan bahwa ketua LKSA sampai turun lapangan untuk menggantikan. Aslik gaenak banget posisinya. Tapi coba lihat bagaimana ini? Aku hanya lelah. Kalau orang lain bisa mempunyai tenaga se-extra itu, yasudah biarkan. Aku hanya merasa aku tidak mampu sekuat itu. 

Hari Minggu ngapain sih.  ? Kan ga ngapa-ngapain cuman liat anak-anak? 

Ya tapi memang ringan dibicarakan. Tapi berat dilaksanakan. Nyatanya ketika di lapangan jauh melelahkan menurutku. Pengunjung sedikit ? Atau sebenarnya aku ini terkena toxic ? atau yang capek sebenarnya mental aku ya ? Bagaimana ini ?

Tak tau lah, libur disini jarang win win solution.