Krisis Hidayah Pada Hati
#CatatanKajian
Allah itu sangat mencintai hambanya apabila pekerjaan itu dilakukan secara profesional.
Selain keilmuan juga perlu didampingi dengan adab.
Kompetensi personal harus selalu ditingkatkan. Perilaku pendidik mempengaruhi situasi generasi didikannya. Ketika pendidik tidak mampu mencerminkan kebaikan, maka generasi didikan atau murid-muridnya juga sulit untuk melakukan kebaikan.
Karena menjadi sukses(dalam hal dunia dan akhirat) tidak hanya berdasarkan kepada keilmuan. Tetapi juga berdasarkan kepada daya tahan diri dalam menghadapi setiap problematika. Krisis hidayah lebih berbahaya karena tidak ada perbaikan dalam diri (ketidakterlibatan Allah dalam hatinya dan aktifitasnya. Semakin tinggi ilmu seorang tetapi tidak ditambah hidayah dalam hatinya. Maka semakin jauh ia dengan Allah. Dan kesenjangan antara hati dan Allah akan membuat diri tidak memiliki daya tahan dalam kesabaran, kebaikan. Maka reaksi tubuh pertama kali adalah ditandai dengan sakit stress. Ketika stress tidak terselesaikan maka depresi. Stress bisa jadi indikasi pertama bahwa hati mengalami krisis hidayah.
Disfungsi dari keilmuan seperti ahli hukum, melanggar hukum dan terkena hukuman. Ahli ekonomi tetapi ahli dalam korupsi. Disfungsi ini adalah tingginya ilmu dan kemunduran adab. Hal ini disebabkan karena krisis hidayah dalam hatinya.
Implementasi dari berhasilnya ibadah seseorang, kelekatan hatinya dengan Allah adalah ketika dalam bekerja menerapkan kerja yang cerdas dan ikhlas dan rasa tanggungjawab kepada Allah.
Proses taklim dan tarbiyah berbeda.
Ketika menyambungkan ilmu, maka sambungkan juga doa kepada penerimanya. Agar ilmu itu jelas arahnya. Sama dengan nasihat. Diarahkan dengan hati maka akan direspon dengan hati. Diarahkan dengan marah-marah maka akan direspon dengan penolakan penolakan. Maka bersikaplah lemah lembut. Sampaikan sesuatu dengan baik agar bisa direspon dengan baik juga. Dan diterapkan saat menyampaikan ilmu kepada mahasiswa.
Ketika berangkat bekerja karena Allah. Allah akan memberikan 2 anugerah. Pertama, solusi dari setiap masalah yang dihadapi. Kedua, adanya rejeki diluar dari planning.
Nikmat rejeki itu, tidak bisa dirasakan bila tidak ada syukur di dalamnya. Manusia yang selalu mencela apa yang dia dapat adalah gambaran tidak ada syukur dalam hatinya. Dan mereka adalah orang-orang yang tidak beruntung. Karena rasa syukur itu adalah indikasi ia mengingat Allah.
Terus berikhtiar untuk mendekatkan diri kepada Allah.